Rabu, 14 Mei 2008

FILM INDONESIA

Heran. Itulah kata yang mungkin pas untuk mengapresiasikan dunia perfilman kita. Dulu kita menganggap mati suri dunia perfilman kita sebagai suatau masalah besar. kita kangen dengan film-film seperti Cut Nya Dien, Naga Bonar, dll. Ketika itu semuanya serba esek-esek, ranjang, onani, dll. Tak lama setelah itu ada angin segar dengan munculnya Petualangan Sherina, AADC, dan yang lain mengekor dengan genre remaja.

Tapi semakin kesini angin segar perfilman kok menjadi angin panas yang yang saling menghanguskan. Ada yang menganggap film lumrah untuk bercerita dan menggambarkan apa saja. Ada yang menganggap film sebagai media pencerahan dan yang lain sebagai pembodohan.Ada hantu, ada cinta monyet, ada dada dan paha (yang sekarang) katanya sah saja, ada yang ramah dan dramatis tapi berkesan,ada yang islami dll.

Sayang saya tak bisa ngobrol dengan Riri Riza, Mira lesmana, ria irawan, deddy Mizwar, dan orang orang besar film kita. Saya cuma pengen tanya ; PERNAH NONTON BARAN GA?, PERNAH NONTON CHILDREN OF HEAVEN GA?...... semua itu film Iran. Dengan dana yang tidak begitu besar tapi kok mencuri perhatian sekelas oscar sekalipun.

Mira lesmana begitu saya puji ketika itu (dan mudah mudahan hingga kini). Tapi kok ribut selalu tentang sensor, klasifikasi, pembodohan.Saya beranggapan lebih baik terus berkarya dari pada gontok gontokan dengan angkatan tua. Karya yang bermutu dengan sendirinya akan terespon dengan natural kalo memang layak. tidak harus nicholas yang menjadi pemain, dian sastro yang katanya bintang besar, shanty yang sekarang sudah pintar bicara film. Semua tidak harus. Saya melihat sekarang semua menjual kontroversi.

Belum saja kubu Mira CS gol menghapus LSF, tapi gejala kebebasan sudah menggila

Tidak ada komentar: