Rabu, 04 Februari 2009

Pesona Dido di Safe Trip Home


Jangan dengarkan album ini saat bersama rekan-rekan Anda. Dengarkan saat Anda sendiri di sebuah ruang dengan lampu kuning kecil menyala. Mulailah dengan lagu kedua, Quiet Times. Setelah itu, silakan Anda melompat ke lagu keempat, Grafton Street. Kemudian, terus ikuti hingga akhir.

Seraya melakukan hal itu, resapi setiap liriknya. Tak salah jika Anda menyimpulkan inilah goresan kesedihan penyanyi cantik asal Inggris, Dido Florian Cloud de Bounevialle O'Malley Armstrong atau yang lebih dikenal dengan Dido. Sukses di album pertama dan kedua, Dido kembali dengan album Safe Trip Home. Dia selalu membawa tema cinta yang, berbeda dengan orang lain yang selalu melihatnya sebagai keindahan, justru merupakan kisah muram--walau tak sampai terdengar mencekam.

Album bersampul gambar astronot melayang di angkasa--foto dari astronot Bruce Mccandless II, yang diambil dari pesawat ulang alik STS-41-B--ini terdiri atas 11 lagu. Durasinya hampir 50 menit. Dido menulis hampir semua liriknya, di beberapa lagu dia bekerja sama dengan adiknya, Roro Armstrong.

Album ini lahir sebagai curahan perasaan hampa di dalam diri Dido saat ayahnya wafat pada 2006. Semua lagu disajikan dengan tempo seperti gambar astronot di sampul: lambat dan melayang. Hanya lagu pembuka, Don't Believe in Love, yang dihadirkan dengan tempo sedikit cepat.

Selain menyanyi, Dido memainkan keyboard dan gitar. Pada The Day Before the Day, permainan gitarnya lembut, cenderung seperti menghilang di belakang vokal, yang kemudian disusul iringan keyboard masuk perlahan. Tapi, justru dengan lirihnya gitar, Dido membawa pendengarnya ke dalam keputusasaan cinta.

Dengan suasana hati yang galau pula dia membawa kita untuk hidup normal dan damai, menjauh dari kepongahan perang, dalam Let's Do the Thing We Normally Do. Detail instrumen pengiring seperti suara gitar, perkusi, dan suara genit keyboard menambah warna dari lagu ini.

Semakin mendekati akhir dari album ini, dalam Burnin Love, Dido seperti ingin mati, terkulai lemas, menggapai ayahnya yang sangat dia cintai. Northern Skies merupakan pilihan bagus untuk mengakhiri album ini. Dido menyanyikan larik: For once there was beauty here for me/Under the wide northern skies--kata-kata sederhana dengan alunan musik yang semakin melambat hilang.

Melalui album yang terasa benar mengutamakan kedalaman dan tekstur ini, kesendirian dan kesepian Dido toh tetap mampu membuat pendengarnya merasa nyaman.

Tidak ada komentar: